Kita bisa mendapat lebih dari apa yang sudah kita peroleh sekarang, karena setiap
dari kita memiliki kemampuan untuk menjadi lebih dari diri kita yang sekarang.
Jim Rohn (Motivator Dunia)
![]() |
| Buku Pak Wiwoho |
Apa Yang Paling Manusia
Inginkan?
Dalam buku pertamanya,
Reframing. Bapak RH Wiwoho sang pencetus NLP Indonesia mengatakan. NLP itu ada
karena penasaran Richard bandler akan pencarian manusia. Ya, pencarian manusia.
Saat itu Bandler bertanya kepada dirinya sendiri. Sesungguhnya, apa yang paling
dinginkan dan dicari oleh manusia?
Setelah mencari kesana-sini, membaca artikel,
buku, majalah, berdiskusi dan menginterview beberapa orang. Akhirnya dia
menyimpulkan. Sesungguhnya, manusia paling menginginkan dan mencari-cari yang
namanya perUBAHan.
Seketika itu saya
merenung. “Kalau dipikir-pikir benar ya.
Sesungguhnya, apa pun yang dinginkan akan bermuara kepada perubahan”. Saya berkata
kepada diri sendiri. Contohnya, saya mau lebih bahagia. Artinya, dari bahagia saya
mau berubah menjadi lebih bahagia. Dari pengangguran ingin mendapat pekerjaan.
Tetap intinya adalah berubah. Anda juga pastinya, kan?
Terapi Kasus Unik
Sementara itu, tahun 2010
silam. Saya mendapat kesempatan menerapi seorang lelaki. Wajahnya oval.
Rambutnya belah samping. Badannya tidak terlalu gemuk dan juga tidak kurus.
Proporsional dengan tinggi tubuhnya.
Dia mengenakan kaos oblong warna biru yang tidak saya
ketahui mereknya. Dari pinggang ke bawah tertutup oleh celana jeans. Hari itu dia memakai sepatu
kets berwarna hitam.
Masalah yang dia alami
menurut saya lumayan unik. Jarang terjadi di kebanyakan laki-laki. Tapi bukan
menafikan keberadaan mereka. Bukan pula, mereka yang mengalami permasalahan
seperti lelaki yang saya terapi ini salah. Meskipun, jika ditinjau dari segi agama melarangnya. Efek
larangan ini, membuat dia kapok mencari solusi ke pemuka agama. Dan akhirnya
bertemulah dengan saya.
Singkat cerita, sambil
makan di rumah makan padang—karena saya tidak mempunyai ruang klinik khusus,
maka menerapi di tempat yang kondusif untuk konseling. Sang lelaki menyampaikan
permasalahannya. Setelah lama kita mengobrol, akhirnya tercapai solusi sesuai
keinginannya.
Pola Yang Terulang
![]() |
| Daurie Sedang Training |
Kemudian, selesai terapi
saya kembali ke tempat kosan saya—saat itu saya belum menikah—di daerah
Matraman. Sampai di kosan, saya mengambil HP Nexian dan mencari no kontak teman
dekat saya Daurie Bintang—seorang seniman & Coach—yang sudah terekam di
sana.
Sambil duduk di kursi
terbuat dari rotan di depan rumah ibu kos. Saya menghubunginya dan bercerita
tentang pengalaman yang baru saja saya lakukan. Yaitu, menerapi seorang lelaki
yang permasalahannya lumayan unik. Saya bercerita selama 5 – 7 menit. Kemudian
sahabat saya merespon. Kata-kata dia masih saya ingat sampai sekarang.
"Rahmad, biasa kalau sudah membantu suatu
kasus—seperti kasus unik yang baru saja saya selesaikan—maka besok akan ada
lagi yang memintamu untuk membantu kasus serupa, tapi orangnya berbeda”.
Kata Daurie. “Jadi siap-siap saja ya..he..he..”. Dia melanjutkan sambil tertawa
kecil.
Saat yang Tepat Pindah Kuadran
Ucapan sahabat saya
Daurie itu, entah hipotesa atau kenyataan. Akan tetapi, faktanya. Sebulan
sesudah saya menerapi kasus yang saya anggap unik itu. Ada lagi lelaki yang
meminta saya untuk menyelesaikan permasalahannya. Dan kasusnya juga serupa.
Namun sayang tidak sampai tuntas (selesai). Karena terapinya cuma sekali, dan
itu pun lewat chatting facebook.
![]() |
| Cash flow Quadran R. T Kyosaki |
Hal serupa yang saya
alami seminggu ini. Ada dua orang teman saya bertanya kepada saya, lebih
tepatnya saya sebut minta saran dan pendapat saya. Kedua-duanya mempunyai
keinginan untuk pindah kuadran. Dari karyawan menjadi wirausaha.
"Kapan saat yang tepat untuk keluar kerja dan
melakukan hal sesuai PASSION kita mas?". Tanya seorang teman kepada saya
lewat chat Blackberry mesangger. (270FE9B7, ini pin BB saya, silakan add
ya!).
Yang
satunya lagi sambil makan sup buntut, ayam bakar madu dan sate. Dia bertanya, “Apa pendapat mas Rahmad. Saya mau keluar
kerja dan membangun bisnis saya sendiri. Saya sudah survey tempat dan
menghitung modal awal agar usaha bisa berjalan. Butuh biaya sekitar Rp.50juta.
Saya rencana mau meminjam kepada bank. Cuma resikonya rumah sebagai
anggunan?”.
Kata teman saya yang suka senyum ini.
Cara
Nekat dan Berani
Kepada
kedua sahabat saya ini saya memberikan jawaban yang sama. Kurang lebih
redaksinya seperti ini.
“Jika
bapak mengikuti anjuran orang NEKAT, maka kalau sudah yakin, keluar saja dan
memulai usaha yang Anda sangat passion dalam melakukannya. Tapi saya lebih
setuju cara orang BERANI. Yaitu, pertama cek terlebih dahulu.
- Apakah ada beban hutang kepada bank (Kredit)? (Rumah, mobil, motor, atau lainnya)?
- Apakah masih ada angsuran asuransi, premi bulanan, 3 bulanan, atau tahunan?
- Apakah sudah ada simpanan dengan jumlah nominal 6 kali gaji?”
Kemudian
saya melanjutkan memembuat
simulasi. “Contoh, Gaji bulanan selama ini
Rp.8.000.000,- perbulan. Ada cicilan mobil plus asuransi Rp. 3.250.000,- bulan.
Maka, setidaknya sebelum keluar dari tempat kerja. Pastikan sudah ada simpanan
8jt + 3.25. Atau sekitar Rp.11.250.000,- x 6 = Rp. 67.500.000,-“.
![]() |
| Pastikan Tabungan Cukup |
“Mengapa
demikian? Karena, saat kita memulai usaha yang kita rintis dari awal nantinya,
kita belum tau pasti kondisi pendapatan yang kita peroleh. Jadi, selama kondisi
bisnis yang belum menentu—hasilnya—kita
sudah mengamankan operasional rumah tangga. Dan uang simpanan ini tidak boleh dipakai untuk apa pun. Hanya
kita persiapkan untuk keperluan rumah tangga selama 6 bulan”.
Terakhir
saya menambahkan alasan saya. “Mengapa seperti itu? Sebab, jika kondisi
keuangan rumah tangga tidak aman. Bisa jadi hal itu merusak konsentrasi saat
berbisnis. Memang tak bisa kita elak. Yang namanya peristiwa di luar dugaan
pasti selalu terjadi dalam kegiatan apa pun. Namun, setidaknya kita sudah menyiagakan diri sebelum itu
terjadi”.
Jangan
Mengikuti Anjuran Ini
Kepada
pembaca yang berbahagia. Apabila saat ini Anda mempunyai pertanyaan serupa—seperti
kedua shahabat saya. Saya menghimbau agar tidak mengikuti saran saya ini. Karena, saran di atas
itu hanyalah pendapat saya. Di mana pendapat itu belum pernah saya alami.
Akan
tetapi, saya memperoleh ide itu dari seorang teman yang pernah bekerja di
perusahaan bonafid—juga posisi serta pendapatannya—tapi kini telah berkecimpung
pada bisnisnya sendiri.
Seandainya
pun pemikiran ini cocok bagi Anda. Itu adalah hak Anda bertanggung jawab dalam
kehidupan Anda sendiri. Oh ya, kasus
unik yang saya maksud di atas adalah homoseksual.
Ciganjur,
29 Januari 2013
| Salah Satu Suasana Kelas Training Saya |
Ikuti Workshop "Explore Your Potentials
With NLP" tentang cara merumuskan Visi Hidup, menemukan Passion dan
mengoptimalkan Potensi Diri. Minggu, 17 Februari 2013, @Hotel Syahida
Inn Komplek Pasca UIN Jakarta. Hubungi 0878.7603.7227 Sekarang.
Bagikan



