Selasa, 29 Januari 2013

Kapan Saat Yang Tepat Untuk Pindah Kuadran. Dari Karyawan Menjadi Pengusaha?



Kita bisa mendapat lebih dari apa yang sudah kita peroleh sekarang, karena setiap dari kita memiliki kemampuan untuk menjadi lebih dari diri kita yang sekarang.

Jim Rohn (Motivator Dunia)

Buku Pak Wiwoho
Apa Yang Paling Manusia Inginkan?
Dalam buku pertamanya, Reframing. Bapak RH Wiwoho sang pencetus NLP Indonesia mengatakan. NLP itu ada karena penasaran Richard bandler akan pencarian manusia. Ya, pencarian manusia. Saat itu Bandler bertanya kepada dirinya sendiri. Sesungguhnya, apa yang paling dinginkan dan dicari oleh manusia? 

Setelah mencari kesana-sini, membaca artikel, buku, majalah, berdiskusi dan menginterview beberapa orang. Akhirnya dia menyimpulkan. Sesungguhnya, manusia paling menginginkan dan mencari-cari yang namanya perUBAHan. 

Seketika itu saya merenung. “Kalau dipikir-pikir benar ya. Sesungguhnya, apa pun yang dinginkan akan bermuara kepada perubahan”. Saya berkata kepada diri sendiri. Contohnya, saya mau lebih bahagia. Artinya, dari bahagia saya mau berubah menjadi lebih bahagia. Dari pengangguran ingin mendapat pekerjaan. Tetap intinya adalah berubah. Anda juga pastinya, kan?

Terapi Kasus Unik
Sementara itu, tahun 2010 silam. Saya mendapat kesempatan menerapi seorang lelaki. Wajahnya oval. Rambutnya belah samping. Badannya tidak terlalu gemuk dan juga tidak kurus. Proporsional dengan tinggi tubuhnya. Dia mengenakan kaos oblong warna biru yang tidak saya  ketahui mereknya. Dari pinggang ke bawah tertutup oleh celana jeans. Hari itu dia memakai sepatu kets berwarna hitam. 

Masalah yang dia alami menurut saya lumayan unik. Jarang terjadi di kebanyakan laki-laki. Tapi bukan menafikan keberadaan mereka. Bukan pula, mereka yang mengalami permasalahan seperti lelaki yang saya terapi ini salah. Meskipun, jika ditinjau dari segi agama melarangnya. Efek larangan ini, membuat dia kapok mencari solusi ke pemuka agama. Dan akhirnya bertemulah dengan saya.

Singkat cerita, sambil makan di rumah makan padang—karena saya tidak mempunyai ruang klinik khusus, maka menerapi di tempat yang kondusif untuk konseling. Sang lelaki menyampaikan permasalahannya. Setelah lama kita mengobrol, akhirnya tercapai solusi sesuai keinginannya. 

Pola Yang Terulang
Daurie Sedang Training
Kemudian, selesai terapi saya kembali ke tempat kosan saya—saat itu saya belum menikah—di daerah Matraman. Sampai di kosan, saya mengambil HP Nexian dan mencari no kontak teman dekat saya Daurie Bintang—seorang seniman & Coach—yang sudah terekam di sana. 

Sambil duduk di kursi terbuat dari rotan di depan rumah ibu kos. Saya menghubunginya dan bercerita tentang pengalaman yang baru saja saya lakukan. Yaitu, menerapi seorang lelaki yang permasalahannya lumayan unik. Saya bercerita selama 5 – 7 menit. Kemudian sahabat saya merespon. Kata-kata dia masih saya ingat sampai sekarang.

"Rahmad, biasa kalau sudah membantu suatu kasus—seperti kasus unik yang baru saja saya selesaikan—maka besok akan ada lagi yang memintamu untuk membantu kasus serupa, tapi orangnya berbeda”. Kata Daurie. “Jadi siap-siap saja ya..he..he..”. Dia melanjutkan sambil tertawa kecil.

Saat yang Tepat Pindah Kuadran
Ucapan sahabat saya Daurie itu, entah hipotesa atau kenyataan. Akan tetapi, faktanya. Sebulan sesudah saya menerapi kasus yang saya anggap unik itu. Ada lagi lelaki yang meminta saya untuk menyelesaikan permasalahannya. Dan kasusnya juga serupa. Namun sayang tidak sampai tuntas (selesai). Karena terapinya cuma sekali, dan itu pun lewat chatting facebook. 

Cash flow Quadran R. T Kyosaki
Hal serupa yang saya alami seminggu ini. Ada dua orang teman saya bertanya kepada saya, lebih tepatnya saya sebut minta saran dan pendapat saya. Kedua-duanya mempunyai keinginan untuk pindah kuadran. Dari karyawan menjadi wirausaha. 

"Kapan saat yang tepat untuk keluar kerja dan melakukan hal sesuai PASSION kita mas?". Tanya seorang teman kepada saya lewat chat Blackberry mesangger. (270FE9B7, ini pin BB saya, silakan add ya!).

Yang satunya lagi sambil makan sup buntut, ayam bakar madu dan sate. Dia bertanya, “Apa pendapat mas Rahmad. Saya mau keluar kerja dan membangun bisnis saya sendiri. Saya sudah survey tempat dan menghitung modal awal agar usaha bisa berjalan. Butuh biaya sekitar Rp.50juta. Saya rencana mau meminjam kepada bank. Cuma resikonya rumah sebagai anggunan?”. Kata teman saya yang suka senyum ini.

Cara Nekat dan Berani
Kepada kedua sahabat saya ini saya memberikan jawaban yang sama. Kurang lebih redaksinya seperti ini. 

“Jika bapak mengikuti anjuran orang NEKAT, maka kalau sudah yakin, keluar saja dan memulai usaha yang Anda sangat passion dalam melakukannya. Tapi saya lebih setuju cara orang BERANI. Yaitu, pertama cek terlebih dahulu.


  1. Apakah ada beban hutang kepada bank (Kredit)? (Rumah, mobil, motor, atau lainnya)?
  2. Apakah masih ada angsuran asuransi, premi bulanan, 3 bulanan, atau tahunan?
  3. Apakah sudah ada simpanan dengan jumlah nominal 6 kali gaji?” 


Kemudian saya melanjutkan memembuat simulasi. “Contoh, Gaji bulanan selama ini Rp.8.000.000,- perbulan. Ada cicilan mobil plus asuransi Rp. 3.250.000,- bulan. Maka, setidaknya sebelum keluar dari tempat kerja. Pastikan sudah ada simpanan 8jt + 3.25. Atau sekitar Rp.11.250.000,- x 6 = Rp. 67.500.000,-“. 

Pastikan Tabungan Cukup
“Mengapa demikian? Karena, saat kita memulai usaha yang kita rintis dari awal nantinya, kita belum tau pasti kondisi pendapatan yang kita peroleh. Jadi, selama kondisi bisnis yang belum menentu—hasilnya—kita sudah mengamankan operasional rumah tangga. Dan uang simpanan ini tidak boleh dipakai untuk apa pun. Hanya kita persiapkan untuk keperluan rumah tangga selama 6 bulan”. 

Terakhir saya menambahkan alasan saya. “Mengapa seperti itu? Sebab, jika kondisi keuangan rumah tangga tidak aman. Bisa jadi hal itu merusak konsentrasi saat berbisnis. Memang tak bisa kita elak. Yang namanya peristiwa di luar dugaan pasti selalu terjadi dalam kegiatan apa pun. Namun, setidaknya kita sudah menyiagakan diri sebelum itu terjadi”.

Jangan Mengikuti Anjuran Ini
Kepada pembaca yang berbahagia. Apabila saat ini Anda mempunyai pertanyaan serupa—seperti kedua shahabat saya. Saya menghimbau agar tidak mengikuti saran saya ini. Karena, saran di atas itu hanyalah pendapat saya. Di mana pendapat itu belum pernah saya alami. 

Akan tetapi, saya memperoleh ide itu dari seorang teman yang pernah bekerja di perusahaan bonafid—juga posisi serta pendapatannya—tapi kini telah berkecimpung pada bisnisnya sendiri. 

Seandainya pun pemikiran ini cocok bagi Anda. Itu adalah hak Anda bertanggung jawab dalam kehidupan Anda sendiri. Oh ya, kasus unik yang saya maksud di atas adalah homoseksual. 

Ciganjur, 29 Januari 2013

Salah Satu Suasana Kelas Training Saya

Ikuti Workshop "Explore Your Potentials With NLP" tentang cara merumuskan Visi Hidup, menemukan Passion dan mengoptimalkan Potensi Diri. Minggu, 17 Februari 2013, @Hotel Syahida Inn Komplek Pasca UIN Jakarta. Hubungi 0878.7603.7227 Sekarang.
Bagikan