Assalamu’alaikum wr.wb
Salam sejahtera dan keselamatan bagimu sahabat. Semoga hari ini menjadi hari pencerah terhadap kejelasan yang Anda dan saya pinta. Mudah-mudahan, apa saja yang kita niatkan, yang kita panjatkan dalam doa kita setiap selesai melaksanakan ibadah menghadap Allah, terpatri dalam tindakan. Sehingga sesuai dan pantas, sebagai bukti pengharap terijabah doa.
You are what you think
Bagi Anda yang sering membaca buku psikologi terapan bertuliskan kata-kata motivasi, tentu sering membaca istilah ini. Atau, bagi Anda yang jarangpun, namun pernah membaca, pasti juga melihatnya, kan?. Apalagi bagi yang demen, senang, alias hobi, sampai dikenal trainee junkies (semua training diikuti), mungkin sudah menjadi afirmasi setiap hari ya.
Apakah benar, kita adalah apa yang kita fikirkan?. Tunggu dulu, Guru dan juga shahabat saya, kang Zeinul Fuad kurang setuju dengan pendapat ini. Karena, menurut beliau, Anda dan saya melebihi apa yang kita fikirkan. Tak perlu didebatkan ya.
You can, If you think you can.
Bila Anda fikir anda bisa, Anda pasti bisa. Ada juga nasehat bijak membakar motivasi, ”Bila orang lain bisa, Anda juga pasti bisa”. Menariknya, sekarang ini saya menemukan, tepatnya membaca dan mendengar. Beberapa nasehat bijak itu sudah tidak relevan keefektifannya. Karena, apa yang kita fikir bisa, belumlah kita bisa. Buktinya, banyak sudah berfikir bisa, namun tidak bisa-bisa juga kan?. Tapi itu lebih baik, dibandingkan tidak memikirkan sama sekali.
Apalagi yang satu ini. Bila orang lain bisa, Anda pasti bisa. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Tagline ini sekarang sudah kurang cocok lho. Bahkan, kalau yang tadi saya sangat setuju. Pertanyaannya, kurang setujunya dimana sih? Logika ini saya dapatkan dari seorang Coach ”Masa baju orang lain kamu anggap pas dan cocok buatmu, demikian sebaliknya”. Masuk akal bagi saya. Namun, itu sedikit menjadi lebih bijak, bila kita selaraskan dengan menambah padanan kata yang lain agar sesuai. Seperti ”Bila orang lain bisa, Anda pasti bisa, pada bidang Anda sendiri”. (Kita tinggalkan sebentar mengenai ini ya, nanti diakhir tulisan saya buat statemen penjelas rangkumannya, berdasarkan keterbatasan pemahaman saya).
What you think what you get
Membacanya, membuat indah dan enak terdengar, bila kita baca sambil bersuara, betul?. What you think what you get. Atau sebaliknya You get what you think. Saya pernah melakukan proses afirmasi untuk mendapatkan uang senilai Rp.100.000.000,- dalam waktu setahun. Saya melakukannya saat masih kuliah dan jadwal trainingpun, sebulan baru sekali. Anda tau apa hasil yang saya dapat?, Alhamdulillah, saya mendapatkan 10.000.000,-. Lumayan dibandingkan tidak. Setelah setahun berlalu, kemudian saya berujar kepada diri saya. ”Akukan sudah mikir untuk mendapatkan 100.000.000,- tapi kok gak dapat ya?”.
Wrong affirmation
Sebelum saya berlanjut bercerita mengenai pengalaman kekeliruan saya dalam hal affirmasi. Adalah bijak untuk kita fahami terlebih dahulu, Apa itu afirmasi. Menurut Adi W gunawan, seorang pakar tehnologi fikiran dan juga pendiri Quantum Hipnoterapi Indonesia. Dalam bukunya the Secret of Mindset. Afirmasi adalah sesuatu yang kita proyeksikan atau memasukkan ke dalam fikiran bawah sadar dan bersifat sugestif.
Supaya proses memasukkan tadi dalam rangka merubah atau menciptakan program baru berhasil. Maka setidaknya ada empat syarat mesti dipenuhi ;
- Afirmasi harus bisa masuk kefikiran bawah sadar. Maksudnya, tidak ada penolakan dari belief systemnya.
- Afirmasi mesti diterima oleh fikiran bawah sadar.
- Afirmasi harus dimengerti dan difahami oleh fikiran bawah sadar.
- Afirmasi yang dimasukkan, bisa terintegrasikan / sesuaui / cocok/ pas / kongruen / selaras dengan belief system yang ada.
Kembali kelaptop eh topik. Tanpa saya sadari, saya pernah melakukan kekeliruan dalam melaksanakan proses afirmasi. Baik kekeliruan dari kesadaran proses afirmasi maupun isinya. Maksudnya, secara konteks ilahiah, Saya hampir terjerumus dengan pemikiran, bahwa hasil yang tercapai, afiramsi sayalah yang mewujudkannya. Padahal jelas, tugas manusia berikhtiar dan Allah yang merealisasikannya.
Dua tipe sugestibilitas
Selain itu juga, dari format afirmasi / sugestinya. Adi W gunawan menambhakan, tipe manusia dalam berafirmasi/sugestibilitas bisa terbagi dua. Ada tipe Emotionally suggestible dan Physically suggestible. Dan ternyata saya termasuk dalam katagori Emotionally suggestible, yaitu mesti ada alasan yang jelas terhadap sesuatu yang saya capai dan kurang nyaman dengan batas waktu.
Dari penjelasan ini. Saya mengerti sekarang. Tatkala saya melakukan Success Track Tehnique. Ternyata pengalaman keberhasilan di masalalu saya, didasari oleh alasan yang sangat jelas, sampai saya bisa merasakan emosinya. Dan tatkala saya evaluasi dengan afirmasi yang belum berhasil, itu karena, saya tidak memiliki alasan yang pasti, alias tidak begitu jelas dan kuat emosinya.
Mind to Muscle Power
Mungkin Anda sudah bisa menebak dan mengerti sekarang, apa sebenarnya yang saya maksudkan. Afirmasi-afirmasi positif diatas You can, if you think you can, You get what you think, dan you are what you think. Sangatlah tepat dan baik. Namun pertanyaannya, apakah afirmasi itu sudah terselaraskan dengan belief system kita? sehingga menjadi pemahaman baru berupa tindakan nyata.
Saya menegaskan, pada intinya bukanlah “think” nya yang keliru, tetapi the “way of thinking” lah, yang bijak untuk disiasati kembali. Dengan cara itu, maka ia bisa menyelaraskan, apa yang kita fikirkan, berakhir dengan tindakan fisik (gerakan tubuh). Sehingga, kita memantaskan diri terhadap apa yang kita minta dengan perbuatan kita. Sekali lagi, intinya; Apa yang kita afirmasikan bisa membuat kita bergerak dan bertindak.
Ciganjur 8 februari 2011

