Assalamu’aliakum wr.wb
Bimsillahirahmanirahim, ya Allah dengan menyebut namaMu, saya memulai melanjutkan untuk merajut dan mengikat makna, dari setiap asa dan kata yang tertuang dalam diri hamba. Mudahkan langkah setiap jari-jemari ini mengumpulkan kata-kata, sehingga menjadi sebuah kalimat dan tercipta, serta tergambarkan dalam bentuk narasi. Apa saja yang terabstrak dikepala hamba.
Andai aku Hernowo Hasim. Mungkin sedikit yang tau siapa beliau. Namun, juga banyak yang mengerti dan akrab dengan nama itu. Apalagi, Anda yang pernah berhubungan dengan dunia tulis-tulis menulis. Pada kesempatan ini, saya sedang tidak membahas siapa beliau, tetapi hanya mengikuti setiap suara yang terdengar dalam kepala, sehingga terbaca melalui kata-kata ini.
Tokoh inspirator saya dalam penulisan
Seandainya bernada, mungkin akan saya dengungkan tema diatas layaknya Bang Bona menyanyikan ”Andai aku Gayus Tambunan...” Hernowo Hasim tokoh insparator bagi saya. Karena dari tulisan-tulisannya menggugah saya untuk memutuskan menulis. Tetapi bukan menjadi penulis. Saya tidak ada niat sedikitpun menjadi penulis seperti beliau. Tetap,i saya mau seperti kebijaksanaan beliau dalam menulis.
Berbicara mengenai tulis menulis. Sebelum beliau, ada seorang teman yang menjadi inspirator saya, menumbuhkan motivasi untuk belajar menulis. Teman saya itu bernama Mahbubi Ali. Lelaki alumni ma’had Sidogiri ini, sekarang sedang meyelesaikan S2 nya di malaisya.
Saya berkenalan dengan nya, saat kuliah di STEI Tazkia. Sementara berta’aruf dengan tulis menulis, terjadi saat kami bersama-sama membuat majalah dinding kampus. Disitulah saya belajar merangkai kata dari sahabat ini. Yang menjerumuskan saya tertarik dengan dunia penulisan dari nya. Karena, Mahbubi mampu merangkai kata-kata yang mengalir, terstruktur, sehingga pembaca mudah terhanyut. Bahkan tulisan itu berbentuk ilmiah tentang Ekonomi islam.
Saya tidak tau apakah ia langsung belajar dari bapak Syafii Antonio. Bagi Anda yang pernah mendengar ceramah atau pembahasan ekonomi islam dari suami Bunda Mirna. Anda akan mendengar pembahasan, seperti sedang dibawa naik dari sebuah tangga. Kemudian beliau menceritakan tiap tangga. Apa saja yang ada disana?. Hatta, tiba akhir dari anak tangga, berupa konklusi dari materi itu.
Demikian pula, saya juga menemukan pada tulisan shahabat saya, Mahbubi Ali. Selain itu, hal yang memotivasi saya untuk menulis ”Kalau orang lain bisa, pasti Anda juga bisa”, istilah lazim dalam dunia motivasi. Dan saat itu, saya berfikir, ”Dia mahasiswa seperti saya, kuliah ditempat yang sama, bahkan satu asrama, saya juga bisa” he...he...Ada rasa persaingan dalam diri ya?.
Hernowo Hasim Motivator Menulis dan Membaca
Kembali ke cerita Andai aku Hernowo Hasim. Pernah satu waktu, saya membaca sebuah buku tentang motivasi membaca dan menulis. Saya sudah lupa judul buku tersebut. Tetapi, di buku itu saya membaca nama sang penulis adalah Hernowo Hasim, diterbitkan oleh Mizan. Diakhir halaman tentang biografi penulis, saya membaca “Hernowo Hasim Motivator Menulis dan Membaca”. Saat itu (2006) saya sedang mabuk dengan cita-cita dan mimpi menjadi Motivator, Trainer atau Public speaker.
Dan pada tahun 2010, saya berkenalan dengan pak Hernowo Hasim lebih dekat melalui facebook. Dengan menjadi salah seorang teman di list friend beliau. Melalui jejaring social ini, saya bisa membaca lebih banyak lagi, kata-kata yang beliau ukir. Kalau pak Gede Prama menyebutnya “Jejak-jejak Makna” pada salah satu judul buku beliau. Dari perkenalan kata-kata dinote FB beliau, saya menjadi terinspirasi. Bahkan, cocoknya terprovokasi untuk membeli buku beliau Mengikat Makna Update.
Buku itu sungguh sangat menggugah hati saya. Mengikat makna update bagi saya, beda diantara buku provokasi untuk menulis lainnya. Karena, buku ini membahas, kalau saya menyebutnya dengan ”Menulis dan Saya”. Istilah ini tergambarkan bagi saya, sebagaimana penjelasan coach saya tentang training yang beliau ikut di Malaisya ”Money And You”. Sebuah training yang membahas, tentang uang dan pribadi yang mau bershahabat dengan uang serta ide-ide kreatif mendatangkan uang.
Menulis mengikuti panggilan jiwa
Setelah saya membaca, bab demi bab. Sungguh saya menemukan buku mengingat makna Update, benar-benar sedang membahas, antara dunia tulis menulis dengan diri kita. Ya, karena menulis bukan lagi hal berhubungan ilmiah saja, tetapi menulis layaknya mengikuti panggilan jiwa. Menulis bagaikan mengambar, menulis layaknya mengunyah, makan, minum, tidur, dan akitivitas kita sehari-hari. Apalagi, tatkala beliau menjelaskan tentang “Selfish (mementingkan diri sendiri)” atau menulis untuk diri sendiri. Topik ini, Semakin memperjelas bagi saya. Menulis itu bukan urusan gampang, tapi alamiah dan lumrah.
Terlebih lagi, pada penjelasan bab ke3. Andai Anda tau apa yang akan terjadi dimasa depan?. Pak Hernowo mengutip salah satu pendapat Psikolog Dr.Pennebaker ”Anda tidak perlu memikirkan masalah tata bahasa, ejaan, ataupun struktur kalimat ketika menulis. Anda juga harus berusaha untuk membebaskan diri anda. Teserah kepada Anda untuk menulis apa saja yang Anda inginkan. Yang penting, Anda merasa nyaman dan tekanan Anda hilang ketika menulis”.
Sungguh indah bukan? Menulis sekarang menjadi bagian untuk terapi diri. Seperti saya katakan diatas tentang Selfish (mementingkan diri sendiri), kalau Pak Hernowo menyebutnya dengan ”Seolah-olah kita hanya hidup sendiri didunia ini, mungkin orang-orang menganggap egois, tetapi bila sudah menemukan selfish untuk menulis. Maka, menulis sudah seperti bernafas”.
Mudah menulis dengan free writing
Oh ya, selain pendapat Dr.Pennbebaker, Pak Hernowo Hasyim juga memuat pendapat penulis buku Writing Without Teacher, Peter Ellbow, yaitu Free writing. Yang diperkuat oleh Bagus Takwi, seorang psikolog yang menekuni karya Elbow. Dalam blognya, Bagus takwi menuliskan “Menulis bebas adalah bentuk latihan yang dapat membantu orang membiasakan dirinya menuils secara nyaman. Dalam latihan ini, orang disarankan untuk menuangkan apapun yang dia pikirkan. Bahkan, tentang ketidakmampuannya menulis. Ketika seseorang diminta menulis apapun yang terpikirkan olehnya, selama 10 menit dan merasa buntu, orang itu bisa saja menuliskan kebuntuannya, menuliskan kebingungannya. Dalam menulis bebas, lupakan aturan, lupakan kesalahan. Menulis saja. Lupakan saja.” (Saya mengunakan konsep free writing, pada proses penulisan artikel ini).
Dan, penjelasan inilah yang membuat saya berstatemen, bukan menjadi penulis, tapi saya mau menulis….
Andaikan aku Gayus tambunan yang bisa pergi kebali, semua keinginan nya ... (Gunakan imajinasi Anda untuk mendengarkan lagu itu dalam diri Anda).
Saya selingi nyanyian sedikit untuk santai dan merelaxekan otak kiri ya. Karena, ternyata dalam konsep belajar, selingan musik beberapa saat (jeda musik 5 menit), sangat bagus untuk merefreskan otak dan membuat otak kiri yang penuh analisis itu, berkerja kembali dengan maksimal. Sering orang bilang, menghilangkan kebosanan dan tidak menyebabkan mengantuk.
Wisdom & Faith; Prinsip & Jati diri penulis
Kembali ke Andai aku Hernowo hasyim. Selama tahun 2010, saya hampir menyempatkan selalu waktu untuk membaca setiap note yang beliau posting di facebooknya. Sampai, saya menemukan website mizan publishing. www.mizan.com di web tersebut ada kolom, klinik menulis. Dan terapistnya adalah bapak Hernowo Hasyim. Ini juga yang menjadikan saya ingin seperti beliau, nafasnya benar-benar tentang kepenulisan, hingga beliau mampu mengaitkan setiap aspek kehidupan dengan dunia penulisan.
Ilmu itu satu. Itulah statemen guru saya di pontren NLP. Guru sepuh Ki Idris Jauhar mengatakan, "Air itu tetap satu, ada kalanya ia berupa teh, kopi, susu, dan berbagai macam bentuk air lainnya, tetapi ia tetaplah air". Begitu pula dengan keilmuan lainnya, tatkala kita sudah pada maqam hakikat kelimuan, maka kita akan menemukan kesatuannya.
Orang-orang filsafat pasti setuju dengan konsep ini, dasar ilmu satu. Demikianlah yang saya perhatikan dengan Pak Hernowo. Di catatan Pak Edy Zaques, seorang trainer menulis dan juga Coach writer. Beliau mampu menghubungkan antara menulis, berwirausaha dan menikah. Boleh anda baca tentang artikel tersebut, bagaimana dengan lembut dan nyaman mengalir penjelasan keterkaitan antara ketiganya.
Ini sungguh menggugah saya, wisdom beliau sebagai penulis. Sehingga, jelas jati diri nya. Karena, saya memliki cita-cita menemukan jati diri sejati, yaitu berawal dari prinsip hidup dan keyakinan dengan ilmu yang dimiliki.
Berkenalan dengan beliau (Hernowo Hasyim) lewat tulisan, semakin menumbuhkan keyakinan, kemantapan diri, saya menjadi Mind-Therapist. Sehingga, konsep keyakinan belajar, saya dapatkan dan temukan yaitu ”Yakin kepada Allah, diri sendiri, ilmu, guru dan kitab”.
Pada akhirnya, Andai aku Hernowo Hasyim adalah sebuah asa, ego, cita, dan mimpi mencapai keyakinan kepada diri sendiri, Rahmadsyah Mind-therapist.
Terima kasih kepada guru-guruku, terutama Pak Hernowo Hasyim yang telah menginspirasi saya untuk menulis, menulis bebas, menulis apa yang saya mau, menulis apa yang terdengar dikepala saya...
Ciganjur 4 februari 2011



