Assalamu’aliakum wr.wb
Semoga terbitnya matahari diufuk timur hari ini menyapa saya dan Anda dengan kabar gembira nan hangat penuh harapan. Harapan terhadap mimpi-mimpi dan doa yang telah dipanjatkan, bertemu dengan masa dan waktu yang telah dijanjikan, sehingga menjadi kenyataan.
Kemarin merupakan hari besar bagi saudara kita yang keturunan tionghua. Berkat kebijakan almarhum Gusdur, saat beliau menjabat sebagai presiden, hari imlek menjadi hari libur nasional. Sehingga, hari kebesaran pada tahun kelinci ini, juga dinikmati oleh semua masyarakat. Kemudian, bagi yang berlibur, berbagai macam cara menghabiskannya.
Sementara saya sendiri. Kemarin mengisi hari ilbur bersama istri jalan-jalan ke mall yang terdekat tempat tinggal kami. Berangkat tanpa punya tujuan yang jelas, mau kemana dan mau apa?, tetapi dengan niat, ikuti saja kemana kaki melangkah. Namanya juga jalan-jalan, iyakan? Setibanya disana, kami melihat sajian perlombaan 9 ball biliard cup. Tepat diruang tengah mall.
Setelah itu keliling entah kemana. Sampai di latai kedua pojok arah utara, kami bertemu dengan toko buku yang sudah tak asing lagi di jakarta, Gramedia. Entah kenapa, setiap memasuki mall atau gedung apapun yang ada toko buku, rasanya ada yang kurang, sebelum menyinggahinya. Selanjutnya, saya bersama istri just see-see disana (lihat-lihat saja).
Seperti biasa, rak buku yang pasti saya kunjungi adalah psikologi umum dan terapan. Ada beberapa buku baru disana. Dan buku-buku yang bernuansa hypnosis atau mengenai hypnosispun, sudah hampir mengisi 20% di rak ini. Sampai saya menemukan buku berjudul ”Hypno-teaching” yang ditulis oleh seorang praktisi hypnosis. Cover buku hypno-teaching, tetapi isinya mengenai hypnosis dikelas basic dan sedikit mengupas how to in teaching or training. Saya tidak membeli buku tersebut, karena sedikit kupasan mengenai cara mengajar.
Mental Block bertindak
Berbicara mengenai buku, saya jadi teringat saat ketemu seorang trainer hypno-writing dikelas Master Practitioner NLP, yang di conduct oleh guru saya, bapak Abdul Aziz. Trainer itu juga dikenal dengan nama koresponden Mr.Tekno, Pak Luthfi. Saya sempat berbicara dan ngobrol-ngobrol dengan beliau, tentang dunia penulisan. Dan yang menarik kata beliau, ”Banyak para penulis yang tidak jadi menulis buku karena ingin perfectionist, itu penghambat utama”. Kemudian beliau menambahkan, ”Bijak untuk diketahui oleh mas Rahmad, penulis best seller pun yang Anda kenal, memulai menulis buku dengan mengabaikan prinsip perfectionist”.
Beberapa hari yang lalupun, saya menemukan tulisan buah tangan pak Edy Zaques seorang Coach, Trainer, dan penulis buku best seller. Beliau membahas tentang perfectionist, sebagaimana saya ceritakan di (Andai aku Hernowo Hasyim ; cara mudah menulis dengan konsep free writing). Saya sadari, virus perfectionist menyelimuti saya. Saya mengetahuinya setelah melakukan perbandingan terhadap beberapa karya dan buku-buku yang baru masuk di gramedia. Sampai guru saya Pak Noeryanto pernah berujar, saat saya mengatakan ”Beberapa buku tidak sesuai judulnya dan ternyata simple saja ya isinya”. Beliau merespon ”Kalau tidak sesuai, terus apa yang sudah kamu tulis? Kalau memang simple, apa yang menghalangimu menulis buku?” Jawaban yang simple dan cukup menohok fikiran saya.
Virus Perfectionist dalam berbagai bidang
Publik Speaking (berbicara didepan umum)
Kalau kita renungi kembali. Ternyata virus perfectionist ini benar-benar menjadi penghambat saya mungkin juga Anda dalam bertindak. Saya jadi teringat saat mengikuti kelas Workshop E.D.A.N tahun 2009 lalu di hotel Atrium senen, yang disampaikan oleh master E.D.A.N Ikhwan Sopa. ”Penyebab Anda tidak berani dan yang menghalangi Anda untuk berbicara didepan umum adalah karena mau perfectionist”. Dan Beberapa orang yang saya terapi dalam hal lack of confidence in public speaking, saat saya gali akar masalah nya, memang diasbabkan oleh perfectionist ini.
Pernikahan
Tahun 2007 lalu. Tahun demam pembicaraan pernikahan dikalangan beberapa ikhwan dikampus STEI TAZKIA Bogor. Mungkin ini dikarenakan oleh virus memetika dan provokasi ustaz Habiburahman Elsirazy. Virus yang menyebar melalui novel Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbis serta beberapa novel lain. Benar-benar berdampak dikalangan mahasiswa, diantaranya saya. Memiliki keinginan menggebu untuk menikah, tapi gak punya nyali (Nafsu besar tenanga kurang he..he..he...)
Tatkala ditanya kapan nikah oleh shahabat, banyak excuse / alasan yang muncul tanpa perlu mikir, karena sudah sangat lancar tersimpan dibawah sadar. Belum siap ini, itu, intinya karena belum sempurna alias perfectionist.
Wirausaha
Dalam dunia usahapun, virus perfectionist juga ikut andil. Bagi Anda yang pernah berniat, bercita-cita atau mungkin sudah menyusun rencana yang matang. Bahkan mungkin diantara Anda, sudah ada sampai tertulis diatas kertas rancangan usaha. Tetapi yang menariknya, bila program usaha tadi tidak jalan (no Action), saya bisa menjamin, itu pasti karena alasan ”Ada yang belum sempurna”. Saya berani mengatakan ini karena saya pernah mengalaminya. (Pengalam membangun bisnis besama dengan teman-teman mahasiswa).
Dunia kerja ( Be a Leader)
Saya ingin tau, pernahkah Anda mendapat kesempatan untuk membawahi atau bahasa kerennya peluang untuk memimpin beberapa orang?. Bahkan mungkin kesempatan menjadi ketua di organisasi tetentu? Bisa jadi beberapa diantara kita segera mengambil kesempatan itu, karena sudah diharapkan dari dulu. Akan tetapi, beberapa diantara kita, butuh waktu untuk memikirkannya. Ada juga yang langsung menolaknya. Alasannya, merasa belum mampu, belum sempurna. Lagi-lagi virus perfectionist menjadi penghalangnya. Sayapun pernah mengalami dalam hal ini.
Perfectionist itu baik
Mungkin masih banyak di konteks lain. Bila mau ditelusuri penghambat karir atau penyebab terjadinya penghalang untuk bertindak adalah apa yang saya bahas diatas. Namun, apakah perfectionist harus dibuang atau diabaikan? Bukan. Bukan itu maksud saya. Pada prinsipnya perfect / sempurna adalah hasil kerja yang Anda idamkan, Anda dambakan dan Anda inginkan, juga saya. Dan perfect itu bagus serta sangat baik pada konteks tertentu.
Lantas bagaimana kita mesti menyikapinya? Sebagaimana kita tau bersama, sesuatu pasti bermanfaat dan tepat pada tempatnya masing-masing. Saya yakin, tentunya Anda juga menyakini demikian. Bahwa Allah tidak akan menciptakan sesuatu kalau tanpa ada manfaat bagi makhluk bumi. Nah, manfaat itu merupakan tugas kita untuk menemukannya.
Kembali kepada sikap. Sebenarnya rasa ingin sempurna merupakan hal wajar dan sesuatu pasti bermanfaat pada konteksnya. Selain itu juga, ego untuk sempurna itu memliki maksud baik, yaitu tidak mau kita salah / keliru, iyakan? Kalau begitu, maksud baiknya benar-benar baikkan? Jadi, mari kita syukuri besama.
Virust perfectionist Repaterning
Mungkin tips atau proses terapi dibawah ini, boleh Anda lakukan, sehingga bisa memahami dan mengetahui, perfectionist yang aman atau dalam hal apa, bijak untuk diperhatikan atau malah sebaliknya justru diabaikan (diganti). Cara memahaminya sebagai berikut :
Berniat dan berdoa kepada Allah, agar dimudahkan dan dilancarkan proses ini. Boleh anda duduk, berdiri, berbaring atau kondisi apapun yang bisa mengantarkan anda menuju gelombang alfa untuk relaks dan santai. Kemudian tanyakanlah kepada diri sendiri.
- Sudah berapa lama ini hadir dalam diri saya ? (Bisa jadi dari semenjak SD, SMP, SMA, Kuliah atau saat kerja. Kapanpun itu, semakin spesifik semakin bagus).
- Dari mana asal atau dari siapa perasaan/fikiran penghambat ini saya dapatkan atau terima?
- Apakah sumber atau asal perasaan/fikiran penghambat ini adalah sumber yang bisa dipertangung jawabkan, pantas untuk diperhatikan, layak untuk dipertahankan, atau cocok untuk diperhitungkan?
- Apa keuntungan yang saya dapatkan dengan perasaan/fikiran penghambat ini. Dengan kata lain, Apa maksud baik atau keinginannya? (Tanyakanlah kepada diri anda sendiri, tepatnya yang mewakili daya cipta kreativitas Anda, dalam hal apa yang menghambat anda itu (perfecntionist) ia jadi bermanfaat?
- Apakah perasaan/fikiran penghambat ini mendukung pencapaian tujuan hidup saya?
- Apa kerugian yang saya alami dengan mempetahankan perasaan/fikiran penghambat ini?
- Apakah perasaan/fikiran penghambat ini, menghambat pencapaian tujuan hidup saya?
- Apakah perasaan/ fikiran penghambat ini layak untuk saya pertahankan?
- Kelau perasaan/fikiran penghambat ini hendak diganti (Karena tidak layak untuk dipertahankan), Fikiran/perasaan baru seperti apakah yang cocok, tepat, pas, lebih kondusif bagi kemajuan diri saya?
- Setelah Anda selesai menemukan fikiran/perasaan baru yang lebih cocok dan kondusif untuk diri Anda, Akhiri dengan mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah dan berterima kasihlah kepada diri Anda sendiri. Karena telah bersedia untuk bedialog dan menemukan fikiran/perasaan baru ini.
- Alirkan fikiran/perasaan baru itu keseluruh tubuh Anda, kemudian terekam diseluruh sel-sel dan saraf-saraf terkecil didiri Anda. Bahkan, saraf-saraf meyelin yang bertugas gerakan refleks pada otot-otot Anda, menyimpannya dengan sangat baik. Sehingga, pada saat fikiran/perasaan ini muncul, otot-otok Anda langsung reflek dan membuat Anda langsung bertindak.
Untuk mengetahui, apakah emosi,fikiran/perasaan baru yang Anda miliki saat melakukan terapi diatas tadi cocok, tepat, pas atau tidak. Maka, mari Anda cek dengan mengetesnya. Apakah pemahaman baru yang telah Anda dapatkan, masih membuat Anda untuk diam dan tidak bertindak? Atau sekarang itu bukan lagi menjadi penghambat bagi Anda.
Saya sangat berterima kasih kepada Anda. Karena sampai pargraf ini Anda masih bersama saya. Dan saya sangat bahagia, apabila Anda sudah melakukan tips terapi diatas, kemudian mengirimkan komentar atau cerita pengalaman Anda mempraktekkan tips tersebut ke rahmadnlp@gmail.com.
Setelah melihat-lihat buku di rak psikologi. Kemudian saya dan istri melanjutkan ke rak pendidikan untuk mencari buku panduan bimbingan konseling kelas 1-3 SMA. Karena tahun ini istri mendapat kesempatan untuk menyusun kurikulum mata pelajaran BK. Keluar dari Gramedia, adzanpun dikumandankan. Selanjutnya saya shalat maqrib, kemudian kami melanjutkan dengan makan malam bersama. Setelah itu pulang kembali kerumah.
Ciganjur 3 februari 2011

