Semoga surat elektronik ini menyapa shahabat dalam keadaan sehat walfaiat. Mudah-mudahan melalui blog saya ini, menjadi penyambung silaturahim nyata diantara Anda dan saya. Sungguh saya sangat senang atas kunjungan Anda. Semoga suatu saat kelak, kita benar-benar dapat bertatap muka secara nyata, sambil menikmati secangkir kopi hangat nan menghangatkan persaudaraan kita.
Suatu ketika pernah karena ada hal yang belum saya selesaikan, menyebabkan saya tidak bisa beraktivitas untuk melakukan komitmen yang telah saya buat untuk diri saya sendiri. Yaitu kegiatan menulis. Berbicara mengenai komitmen. Saya jadi teringat apa yang disampaikan oleh teman saya tentang pengalamannya mengikuti Training Asia Works. Di mana setiap peserta diminta untuk bertanggung jawab dengan komitmen yang telah disepakati bersama di awal pertemuan.
Dari kontrak melaksanakan komitmen itu, berdampak kepada keberhasilan training dan perubahan pada diri peserta. Mungkin bisa dikatakan, perserta dituntut untuk melaksanakan komitmen nya. Kemudian saya rmerenungkan diri sejenak. Saya meluangkan waktu untuk mengheningkan diri dan mengingat kembali. Selama ini, apa yang membuat rencana dan impian saya tidak berhasil berbuah kenyataan?
Ternyata, karena melanggar komitmen, rencana dan impian yang sudah saya tetapkan secara detil di atas kertas, menjadi tidak terealisasi sebagaimana yang sudah saya rancang? Saya juga menerka-nerka. Mungkin karena tidak melaksanakan komitmen, organisasi atau perusahaan, tidak berjalan dengan efektif dan efesien? Bukankah karena komitmen yang tidak dipatuhi oleh satu orang/team, berdampak kepada team lainnya? Barangkali demikian pula dalam hal rumah tangga. Saya tidak tau pasti, hanya menebak saja.
Beranjak kembali ke menyakiti diri sendiri. Seperti yang sudah saya sampaikan pada pembukaan cerita di atas. Karena saya belum menyelesaikan suatu hal yang sewajarnya saya tuntaskan. Saya memutuskan meresponnya dengan suasana emosi yang kurang nyaman. Suasana diri yang serba salah dan kurang antusias melakukan aktivitas (menulis). Sehingga ini berakibat kepada komitmen saya. Hanya karena satu hal yang belum saya selesaikan itu, tapi saya menghukum diri saya dengan tidak melaksanakan komitmen menulis setiap hari satu artikel (shahabat saya menyebutnya dengan one day one article). Seolah-olah ada ungkapan, ”biar tau rasa”. Padahal kalau saya fikir, sayalah yang merasakan kerugiannya.
Dari pengalaman ini saya tau sekarang. Bahkan sangat faham apa yang dimaksud dengan menulis adalah aktivitas menata diri sendiri. Apa sebenarnya yang saya tata? Saya bisa menata fikiran, persaan dan perilaku saya. Bagaimana dengan menulis saya dapat menata diri saya sendiri? Dengan menulis, itu bearti saya sudah melaksanakan komitmen yang telah saya tetapkan. Dan, saya sudah melatih kedisiplinan bagi diri saya sendiri. Kapan? Kapanpun dan dimanapun saya mau, maka saya dapat melakukannya. Selanjutnya, setelah saya melakukan aktivitas itu semua, maka menata diri itu berimbas perubahan positif bagi saya. Diantara pengaruhnya berupa tumbuh kebiasaan disiplin.
Berlalu nya peristiwa, pantas untuk disyukuri setiap apa yang terjadi. Yang penting, bagaimana cara kita menyikapinya, sehingga peristiwa dan hal yang terjadi dapat kita ambil hikmah dan pembelajarannya. Jadi, saya memutuskan sekarang. Bila hendak menyakiti diri sendiri, maka akan saya fikirkan terlebih dahulu. Atau mungkin, bila saya tidak mampu mengontrol diri saya, maka yang paling penting setelah itu, saya bersegera minta maaf kepada diri sendiri, kemudian mengambil pembelajaran serta hikmahnya...
Ciganjur, Jagakarsa 17 februari 2011
Bagikan
