Inpirasi di sekitarku
Sungguh, inspirasi itu
bisa hadir dan terjadi karena hal
terkecil di sekelilingku.
Bahkan yang melekat dan menjadi bagian diriku. Contohnya saja satu kata
yang terdiri dari 6 huruf ini.
K E N T U T. Fisiknya tak bisa di raba. Matapun tak mampu melihatnya. Kecuali mendengar
dan mencium saja.
Lantas apa I N S P I R A
S I yang dapat saya
petik dari kentut tersebut? Setiap orang, Anda dan saya tentunya berbeda-beda
menyikapinya. Kalau saya pribadi, kentut menginspirasi saya dalam hal;
Sebagaimana kita ketahui bersama, lazimnya (terkadang)
kentut yang bunyinya terdengar jelas oleh telinga itu, hanya berbunyi
saja menggema. Tapi tanpa menyisakan bau khasnya. Ibarat tong kosong bunyinya
nyaring. Respon yang terjadi, paling-paling pikiran saya berkata-kata, “Oh
ada yang baru selesai
membuang gas, alias kentut”.
Akan tetapi, ada kentut
yang jenisnya, indera pendengaran saya tidak mampu merekamnya, bahkan yang
menghembuskannya sendiri juga demikian. Terkecuali dia
merasakan semacam ada udara yang lepas dari rongga duburnya.
Ghaib tapi nyata
Yang luar biasanya lagi, meskipun kentut semacam ini suaranya tak
terdengar, tapi efeknya dahsyat sekali. Ghaib tapi nyata. Tak ubahnya, seperti orang-orang yang
datang ke saya yang tujuannya untuk menyelesaikan masalah dendam yang didera.
Gara-gara perkataan seseorang membuat jantungnya sakit semacam tertusuk pisau.
Saat dia
menyampaikan permasalahannnya kepada saya “Omongan
dia tidak akan pernah saya lupakan pak, hingga membuat saya menderita seperti
ini”. Lebih menariknya lagi, sipengucap yang dimaksud klient saya tadi,
sudah 10 tahun yang lalu meninggal dunia. Akan tetapi, dalam kepala orang itu,
suaranya masih jelas terdengar. Baik redaksi kata-katanya. Maupun intonasinya.
Hal itu berulang terus menerus.
Padahal kalau
dipikir-pikir. Orang yang mengucapkan itu telah tiada. Tetapi, bagi klient saya
ini seolah-olah masih hidup, dan dia masih mengatakan hal itu lagi kepada si
klien.
Demikianlah
kentut tak bersuara itu. Tak kala dia lepas dari selongsongnya. Orang-orang hanya
mengetahui,
bahwa ada bau yang tak sedap. Namun bertanya-tanya dalam diri, “Siapa yang menyebarkannya?”
Sungguh beruntung bagi mereka
yang mempunyai rambut hidung nan
lebat. Sehingga ada saringannya. Tapi, orang-orang seperti saya yang rambut
dalam rongga hidung bisa saya hitung dengan jari. Pasti aroma tak sedap itu langsung menusuk
saraf-saraf bau.
Dan, seketika itu pula, tangan saya meperagakan kelihaian
reflektifitasnya dengan menutup hidung saya. Entah menggunakan tisu, atau
pura-pura sedang mencium benda terdekat lainnya.
Seperti mencium
ransel sedang saya gendong. Atau kalau hal itu terjadi saat saya membaca buku.
Tiba-tiba saja saya membaca buku dengan jarak kurang lebih 20 cm dari pandangan
saya. Bukan huruf pada buku cetakan tersebut kecil-kecil. Akan tetapi, agar
hidung mampu menghirup bau kertasnya.
Antara berbuat baik dan
kentut
Kembali ke
inspirasi kentut. Bagi saya, konteks melakukan kebaikan itu lebih tepat apabila
mampu saya lakukan seperti kentut tak bersuara itu tadi. Meskipun dia tidak
jelas terlihat oleh mata, dan tak terdengar oleh telinga. Akan tetapi dampaknya sungguh terasa. Dan biarkan saja orang
mencari-cari, siapa sebenarnya yang telah melakukannya?
Tak ubahnya
kentut tak bersuara tadi. Setiap kita mencium baunya, maka reaksi kita
terkadang pura-pura gak tau. Atau melirik ke kanan dan ke kiri. Saling
berbicara dengan bahasa tubuh masing-masing. Atau lewat tatapan mata yang
mengandung sejuta makna. Mungkin, pandangan di sana mengkomunikasikan “Apakah Anda mencium bau yang saya cium?
Siapa yang mengeluarkannya ya?”.
Cilegon, Selasa
12 Februari 2013
Bagikan

