"Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku
menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang
menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang
memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya." (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Tiada yang meragukan
Tidak sedikit orang yang tidak
meragukan, bahwa yang namanya menyambung silaturahim itu banyak membawa
manfaatnya bagi si pelakunya. Entah dari aspek finansial, kesehatan, karir,
pengetahuan dan cinta. Iyakan?
Atau mungkin Anda masih mempunyai
aspek lain dari hal yang telah saya catat ini. Sila menambahkan sendiri atau
mengomentari tulisan ini. Agar menambah khazanah saya dan orang-orang
membacanya. Bersediakan?
Bertemu pendakwah
Itulah kira-kira hal yang saya alami
setelah bertemu dengan shahabat saya Ibnu Permana. Jumaat, jam 14.30 saya
menemui seorang teman di restoran lobby
Cilandak Mall. Pertama-tama kami saling membahas perihal aktifitas sehari-hari.
Seperti saya yang masih tetap istiqamah menjadi pembicara untuk bercuap-cuap
tentang Public speaking, motivasi, Komunikasi Effektif, dan Change paradigm (breaking
mental block in-selling & presentation).
Demikian pula dengan shahabat saya
ini. Selain aktif menjadi pedakwah—istilah dia menglabelkan dirinya terhadap
aktifitas jualan yang dia kerjakan—dia juga menjadi lelaki panggilan—istilah untuk
kata pembicara—ke perusahaan, yayasan atau intansi tertentu.
Kami bercakap-cakap selama 3 jam.
Sungguh sangat tidak terasa waktu berjalan. Karena, banyak hal yang kami diskusikan.
Mungkin karena diskusi itu menarik bagi saya juga baginya. Sehingga, tak terasa
berlalu. Hal yang kami bahas tentang penjualan. Tehnik-tehnik handling objection.
Siapa penjual handal?
Dari pertemuan itu, saya belajar
banyak hal. Jika saya simpulkan, penjual
yang handal bukan karena dia tau banyak hal tentang mempersuasi
pelanggannya. Bukan pula karena produk maupun jasa yang dia tawarkan
kualitasnya luar biasa bagus. Akan tetapi, mindset
dan attitudenyalah yang
menentukan.
Jika Anda beraktifitas sebagai
penjual, saya yakin Anda setuju. Betulkan? Meskipun hal lain, seperti; pola
bahasa, pilihan kata, intonasi, dan produk juga menentukan. Namun, pengalaman
pribadi saya baik saat mengajarkan program pelatihan Breaking Mental Block in Selling maupun
melayani konsultasi. Saya menyimpulkan. Mindset dan Attitudelah yang utama.
Inilah manfaat yang saya peroleh
menyambung silaturahim dengannya. Yaitu mendapatkan banyak pelajaran tentang handling objection.
Kopdar milist TMI
Sementara itu, Sabtu 5 Januari 2013.
Saya mempunyai dua agenda silaturahim. Pertama kopi darat atau sering disebut
kopdar milist The Manager Indonesia. Acara ini diprakarsai oleh salah seorang
moderator milist. Kami bertemu di Green Tebet jalan MT Haryono. Dekat stasiun
Cawang.
Pertemuan ini tidak terlalu resmi.
Ngobrol santai. Bahkan, yang dibicarakan pun hal umum yang berdekatan kehidupan
sehari-hari. Seperti pendidikan di Indoensia dan bisnis property. Bukan mentang-mentang
milist The Manager Indonesia, maka hanya membahas khusus topik managerial.
Meskipun yang hadir hanya 6 orang.
Tapi tidak mengurangi sedikit pun energi semangat membangun kebersamaan antar
anggota secara off line. Rencananya,
ke depan kopdar ini terus berjalan rutin. Minimal dua bulan sekali.
Melek finansial
Ada pun manfaat pribadi saya peroleh
dari pertemuan ini. Saya menjadi tau tentang bisnis property. Selain itu, melek
finansial agar bisa pasif income. Karena salah seorang yang hadir adalah
bisnisman—owner—telah menjalankan prinsip tersebut. Beliau punya 7 usaha. Di
antara 7 usaha tersebut
hanya 2 usaha intens beliau tangani. Selebihnya beliau serahkan kepada orang
lain dan beliau menikmati hasilnya saja (pasif income).
Oh ya, apakah Anda mau tau bagaimana
tolak ukur sederhana Anda dan saya sudah
pasif income atau belum? Ternyata sangat simple. Jika kebutuhan harian kita
sebulan katakanlah Rp.5.000.000,- kemudian ada usaha tanpa kita aktif
terjun—operasionalnya—menghasilkan senilai kebutuhan kita. Maka kita sudah
pasif income.
Selesai kopdar di Green Tebet, saya
melanjutkan ke pertemuan selanjutnya. Arisan alumni kuliah STEI tazkia angkatan
5. Acaranya dekat Taman mini. Di kediaman shahabat kami Anisa.
Tidak ada yang
kebetulan
Ngomong-ngomong, apakah Anda percaya
kebetulan? Saya percaya. Akan tetapi, menurut saya, banyak hal dalam hidup
bukan kebetulan. Terus apa? Kebanyakannya adalah rencana dan keputusan. Seperti
saya berangkat ke Tamini Square janjian sama teman alumni kuliah, Fachrur Rozi.
Saya menuju ke sana bersama seorang anggota kopdar yang ada acara juga di
Tamini. Jadinya saya ikut bareng beliau deh.
Bagaimana itu bisa terjadi,
semata-mata karena komunikasi. Lalu, terjadilah ajakan berangkat bersama. Dan
saya memutuskan ya. Alasannya selain menghemat biaya taksi. Juga sekaligus
sembari menimba ilmu. Sebab, shahabat ini seorang senior trainer bagi saya.
Beliau penulis buku Natural Intelligences.
Kang Dadang Kadarusman. (Terima kasih kang ya tumpangannya).
Akhirnya, saya tiba di tempat tujuan
bersama dengan teman saya Fahrur Rozy. Setelah dia menjemput saya di depan
Tamini Square. Di rumah Anisa telah hadir beberapa teman, seperti Rima bersama Putrinya, dan
Herbi bersama calon pedamping hidupnya.
Jualan atau mencerdaskan?
Adapun hal menarik nan berkesan bagi
saya dari arisan ini. Saat teman saya Herbi bertanya ”Broder, para trainer dan motivator eksis di media sosical, FB dan
twitter itu benar-benar ingin
mencerdaskan masyarakat atau untuk jualan?”. Dia bertanya sambil
tersenyum dan menaikkan alisnya.
Mendengar pertanyaan itu, seperti
ada hentakan dalam diri saya. Saya jeda selama 5 detik kemudian baru menjawab.
”Pada intinya adalah untuk mencerdaskan.
Selain itu untuk personal branding”. Saya jawab. Lalu Herbi menyambut ”Ooo..”.
Entah mengapa, setelah pulang. Saya
merenung kembali pertanyaannya. Jika trainer yang dimaksud itu adalah saya
sendiri. Apakah benar saya eksis di FB, Twitter dan Blog murni untuk
mencerdaskan masyarakat? Saya rasa tidak. Lantas apa yang membuat saya menjawab
pada intinya untuk mencerdaskan masyarakat dan personal branding?
Karena, saya tau beberapa orang
trainer murni kehadirannya di FB dan Twitter adalah untuk berbagi pengetahuan.
Social media baginya strategi mewujudkan visinya. Sehingga bisa saya katakan.
Social media adalah sarana menjalankan misi. Selain dari menulis buku.
Kemudian, ”Kalau bukan tujuan utama mencerdaskan masyarakat atau berbagi
pengetahuan yang aku ketahui, terus apa?” Saya bertanya kepada diri
sendiri. Ternyata kebenarnya, masih ada niat dalam diri saya. Maksud tujuan utamanya adalah jualan. Kemudian
personal branding. Baru sedikit
benar-benar adalah berbagi ilmunya.
Alasannya, kalau dulu setiap menulis
artikel di blog berharap agar ada yang mengomentari. Kalau sekarang berharap,
setiap pembaca catatan yang saya tulis menuntaskan bacaannya. Ada harapan agar
mereka menghubungi saya untuk menjadi
pembicara pada
acara mereka. Atau, bagi mereka ada permasalahan emosi dan mental (pikiran dan
perasaan) mau berkonsultasi dengan saya.
Manfaat silaturahim
Setelah menyadari hal ini. Kemudian
saya menyentuh dada saya. Persis di tengah-tengah antara kedua paru-paru. Lalu
saya usap memutar-mutar sambil mengatakan ”Wahai
diriku, aku mencintaimu. Aku menerima mu. Aku ikhlas dan Ridha apa pun
perilakuku saat ini”. Saya mengucapkan sampai 5 kali.
Kembali kepada manfaat dari
silaturahim. Inilah beberapa hikmah dari tiga agenda silaturahim yang saya
lakukan. Dari pengetahuan tentang handling
objection, melek finansial—pasif
income—, sampai transformasi diri.
Ciganjur, 6 Januari 2013
Bagikan
